Kamis, 26 September 2013

Kelompok 3 :

Nama :
Meliani Dewi Hastuti              A1B112210
Rahmadaniah Fitri                   A1B112219
Rusmawati                               A1B110247

Minggu, 15 September 2013

PENGERTIAN MORFEM



A.    Pengertian Morfem

Morfem adalah bentuk terkecil yang dapat membedaka makna dan atau mempunyai makna. Wujud morfem dapat berupa imbuhan, klitika, partikel dan kata dasar (misalnya –an, -lah, -kah, bawa). Sebagai kesatuan pembeda makna, semua contoh wujud morfem tersebut merupakan bentuk terkecil dalam arti tidak dapat lagi dibagi menjadi kesatuan bentuk yang lebih kecil.

Pengertian Morfem menurut para ahli :
a.       Morfem ialah satuan gramatik yang paling kecil yang tidak mempunyai satuan lain selain unsurnya (Ramlan, 1983 : 26).
b.      Morfem ialah satuan bentuk terkecil yang mempunyai arti (Alwasilah, 1983 : 10).
c.       Morfem ialah kesatuan gramatik yang terkecil yang mengandung arti, yang tidak mempunyai kesamaan baik dalam bentuk maupun dalam arti dengan bentuk-bentuk yang lain (Sitindoan, 1984 : 64).
d.      Morfem yaitu semua bentuk baik bebas maupun terikat yang tidak dapat dibagi ke dalam bentuk terkecil yang mengandung arti (Bloch dan Trager dalam Prawirasumantri, 1985 : 127).
e.       Morfem adalah komposit bentuk pengertian yang terkecil yang sama atau mirip yang berulang (Samsuri, 1982 : 170). Yang dimaksud berulang disini yaitu kehadirannya berkali-kali dalam tuturan.
f.       Bloomfield (1933 : 161) mendefinisikan morfem sebagai “a linguistic from wich bears no partial phonetic-semantic resemblance to any other form, is a simple form or morpheme”. (Maksud pernyataan itu, “satu bentuk lingual yang sebagiannya tidak mirip dengan bentuk lain mana pun secara bunyi maupun arti adalah bentuk tunggal atau morfem).


Untuk membuktikan morfem sebagai pembeda makna dapat kita lakukan dengan menghubungkan morfem itu dengan kata mempunyai makna/arti leksikal. Jika penghubungan itu menghasilkan makna baru, berarti unsur yang digabungkan dengan kata dasar itu adalah morfem.

Contoh :
-          an
-          di
-          me
-          ter
-          lah
Jika digabungkan dengan kata makan, dapat membentuk kata-kata baru :
-          makanan
-          dimakan
-          memakan
-          termakan
-          makanlah
Kata-kata itu mempunyai makna baru dan berbeda dengan kata makan.

PERBEDAAN MORFEM, MORF, DAN ALMORF



B.    Perbedaan Morfem, Morf, dan Almorf

1.      Morf dan Almorf

Morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk untuk sebuah bentuk yang sama.
Morf adalah nama untuk sebuah bentuk yang belum diketahui statusnya (misal: {i} pada kenai); sedangkan alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui statusnya. Atau biasa dikatakan bahwa anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi yang mempunyai fungsi dan makna yang sama dinamakan alomorf.
Dengan kata lain alomorf adalah perwujudan konkret (di dalam penuturan) dari sebuah morfem.

PEBANDINGAN MORFEM DENGAN KATA



C.    Perbandingan Morfem dengan Kata

Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang dapat membedakan makna/arti. Morfem dibagi menjadi dua yaitu: morfem terikat dan morfem bebas. Morfem terikat tidak bisa berdiri sendiri, morfem terikat tidak terdapat sebagai sebuah kata tetapi selalu dirangkaikan dengan satu atau lebih morfem yang lain menjadi satu kata. Misalnya dalam bahasa Indonesia bentuk cinta, makan, dan satu adalah mofem, sedangkan ber- dalam kata bersatu disebut morfem terikat.

Kata adalah Leksem (calon kata) yang telah mengalami salah satu proses morfologis. Perbedaan antara morfem dan kata yaitu pada lingkup kajian morfologi morfem merupakan objek kajian terkecil dan kata merupakan objek kajian terbesar. Morfem ada yang terikat (tidak bisa berdiri sendiri) dan ada yang bebas (bisa berdiri sendiri).

Misalnya rumah, penduduk, pendudukan, negara, dari, kepada, sebagai, tentang, dan sebagainya merupakan kata karena masing-masing merupakan satu satuan bebas.

PRINSIP - PRINSIP PENGENALAN MORFEM



D.    PRINSIP – PRINSIP PENERAPAN MORFEM

Morfem adalah bentuk linguistik yang tidak dapat dibagi lagi menjadi bagian yang lebih kecil yang mengandung arti. Untuk lebih mudah mengenali morfem, ada beberapa prinsip yang bersifat saling melengkapi dalam memudahkan pengenalan morfem :

Prinsip 1
Satuan yang memiliki struktur fonologik dan arti atau maknanya sama merupakan satu morfem. Dalam satuan baca dalam membaca, dibaca, terbaca, membacakan, pembaca, pembacaan dan bacaan merupakan satu morfem yaitu baca.

Prinsip 2
Bentuk yang walaupun struktur fonologinya berbeda, tetapi merupakan satu morfem apabila mempunyai arti yang sama dan perbedaan struktur fonologinya dapat dijelskan secara fonologik. Dalam kata membawa, mendukung, menyuruh, menggali, mengebom dan melerai, dan perbedaan struktur fonologik mem-, men-, meny-, meng-, menge-, me-.

Prinsip 3
Satuan yang mempunyai struktur fonologik yang berbeda, sekalipun perbedaannya tidak dapat dijelaskan secara fonologik tetapi masih dianggap satu morfem apabila mempunyai arti yang sama dan punya distribusi komplementer. Misalnya dalam satuan ber- pada berjalan, be- pada bekerja, masih dapat dijelaskan bahwa itu merupakan satu morfem, tetapi berbeda dengan bel- yang hanya terdapat dalam belajar.

Prinsip 4
Apabila dalam suatu deretan struktur berparalel dengan suatu kekosongan maka kekosongan tersebut adalah morfem zero. Artinya jika suatu kalimat, predikat tidak menggunakan awalan meN maka kalimat tersebut adalah morfem zero. Misalnya dalam kalimat :
a.       Ayah membaca koran.
b.      Ayah meminum kopi.
c.       Ayah menulis surat.
d.      Ayah menyobek kertas.
e.       Ayah duduk bersila.
f.        Ayah makan buah.
Dapat dijelaskan bahwa pada kalimat (a, b, c) predikat menggunakan awalan meN (mem-, me-, men-) tetapi pada kalimat (d, e, f) predikat tidak menggunakan awalan meN sehingga pada kata dalam ketiga kalimat tersebut merupakan suatu morfem zero.

Prinsip 5
Satuan yang mempunyai struktur fonologik yang sama mungkin merupakan satu morfem, mungkin juga morfem yang berbeda. apabila ada satuan yang mempunyai struktur fonoligiknya sama itu berbeda arti merupakan satu morfem. Misalnya dalam kata “sedang” pada kalimat ‘Nilainya sedang saja’ dengan ‘Husna sedang pergi’.

Prinsip 6
Setiap satuan yang dipisahkan merupakan morfem. Misalnya dalam kata mendudukkan ada tigga morfem yaitu meN, duduk dan kan, dalam kata didudukkan ada tiga morfem yaitu di, duduk dan kan.